MENU

Saturday, February 13, 2010

IUFD

IUFD (Intra Uterine Fetal Death)
3.1. Pengertian IUFD
• IUFD adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan baik pada kehamilan yang besar dari 20 minggu atau kurang dari 20 minggu (Rustam Muchtar, 1998)
• IUFD adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari rahim ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan (Sarwono, 2005)

3.2. Insidensi IUFD
Menurut data yang diperoleh di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, kematian janin dalam kehamilan / kandungan diperkirakan 98 kematian dalam 3246 jumlah kelahiran yaitu sekitar 3,02 % pada tahun 2000 (Sarwono, 2005)

3.3. Etiologi IUFD
Adapun penyebab IUFD:
1. perdarahan antepartum seperti plasenta previa dan solusio plasenta
2. pre eklamsi dan eklamsi
3. penyakit kelainan darah
4. penyakit infeksi menular
5. penyakit saluran kencing
6. penyakit endokrin sperti DM dan hipertiroid
7. malnutrisi

3.4. Faktor predisposisi IUFD
1. factor ibu (High Risk Mothers)
a. status social ekonomi yang rendah
b. tingkat pendidikan ibu yang rendah
c. umur ibu yang melebihi 30 tahun atau kurang dari 20 tahun
d. paritas pertama atau paritas kelima atau lebih
e. tinggi dan BB ibu tidak proporsional
f. kehamilan di luar perkawinan
g. kehamilan tanpa pengawasan antenatal
h. ganggguan gizi dan anemia dalam kehamilan
i. ibu dengan riwayat kehamilan / persalinan sebelumnya tidak baik seperti bayi lahir mati
j. riwayat inkompatibilitas darah janin dan ibu

2. factor Bayi (High Risk Infants)
a. bayi dengan infeksi antepartum dan kelainan congenital
b. bayi dengan diagnosa IUGR (Intra Uterine Growth Retardation)
c. bayi dalam keluarga yang mempunyai problema social

3. factor yang berhubungan dengan kehamilan
a. abrupsio plasenta
b. plasenta previa
c. pre eklamsi / eklamsi
d. polihidramnion
e. inkompatibilitas golongan darah
f. kehamilan lama
g. kehamilan ganda
h. infeksi
i. diabetes
j. genitourinaria

3.5. Diagnosis IUFD
1. Anamnesis
• Ibu tidak merasakan gerakan janin
• Perut tidak bertambah besar
2. Inspeksi
• Tidak tampak gerakan janin
3. palpasi
• TFU lebih rendah dari tuanya kehamilan
• Tidak teraba gerakan janin
• Krepitasi pada tulang kepala janin
4. Auskultasi
• DJJ (-)
5. reaksi kehamilan
• test kehamilan (-)
6. Rontgen foto abdomen
• Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah janin
• Tanda nojosk : angulasi yang tajam pada tulang belakang janin
• Tanda gernard : hiperekstensi kepala janin
• Tanda spalding : overlapping sutura
7. USG

3.6. Penatalaksanaan IUFD
1) Observasi dalam 2-3 minggu untuk mencari kepastian diagnosa
2) Biasanya selama menunggu, 70-90 % akan terjadi persalinan spontan
3) Bila belum partus, indikasi untuk induksi persalinan
4) Induksi dan pemberian estrogen untuk mengurangi efek progesterone atau dengan oksitosin drip atau dengan amniotomi

3.7.Pencegahan
Sebenarnya faktor resiko dan komplikasi IUFd dapat dicegah apabila ibu hamil secara rutin memeriksakan kehamilanya pada dokter ataupun ke tempat pelayanan kesehatan lain sehingga apabila ditemukan komplikasi kehamilan dapat ditangani sejak dini dan diharapkan dapat mencegah terjadinya IUFD

3.8. Asuhan kebidanan pada kasus IUFD
1) Selama menunggu diagnosa pasti, ibu akan mengalami syok dan ketakutan memikirkan bahwa bayinya telah meninggal. Pada tahap ini bidan berperan sebagai motivator untuk meningkatkan kesiapan mental ibu dalam menerima segala kemungkinan yang ada
2) Diagnosa pasti dapat ditegakkan dengan berkolaborasi dengan dokter spesialis kebidanan melalui hasil USG dan rongen foto abdomen, begitu pula dengan hasil labor dan plano test
3) Menunggu persalinan spontan biasanya aman, tetapi penelitian oleh Radestad et al (1996) memperlihatkan bahwa dianjurkan untuk menginduksi sesegera mungkin setelah diagnosis kematian in utero. Mereka menemukan hubungan kuat antara menunggu lebih dari 24 jam sebelum permulaan persalinan dengan gejala kecemasan
4) Induksi persalinan setelah kematian intrauteri berbeda dengan induksi lainnya dalam dua hal. Pertama, tidak perlu memperhitungkan kesehatan bayi, jadi efek samping dan komplikasi hanya perlu dipertimbangkan dari sudut pandang ibu saja. Kedua, kebanyakan induksi terencana pada bayi hidup dilakukan mendekati aterm, sementara induksi untuk bayi meninggal bias pada kisaran usia gestasi yang lebih luas
5) Sebelum induksi, TD harus diukur, uji proteinuria untuk menyingkirkan adanya eklampsia, suhu harus dicatat terutama pada kasu pecah ketuban. Bila ada kecurigaan bayi telah meninggal beberapa minggu sebelumnya, periksa darah ibu untuk hitung trombositdan pemeriksaan pembekuan darah karena bias muncul masalah koagulasi intravaskuler diseminata (KID)
6) Pemberian peredaan nyeri dapat dipertimbangkan karena ibu harus menjalani pengalaman melahirkan yang keduanya secara psikologis dan fisik menyakitkan (Smith, 1999)
7) Bila kematian intrauterine lebih dari 4 minggu, maka dicurigai ibu mengalami abrupsio plasenta yang beresiko perdarahan post partum. Untuk itu pada kasus ini diindikasikan penatalaksanaan aktif kala III 8) Setelah kelahiran, Bantu proses bersedih pada aorang tua dengan memberikan dukungan dan menciptakan kenang-kenangan

No comments:

Post a Comment